Aspek Biologi Molekuler Penyakit Aterosklerosis
serta Pencegahannya Melalui Nutrisi
|
oleh : IinTussanti,S.Si
Perkembangan teknologi telah mengarahkan manusia pada gaya hidup modern
yang dicirikan dengan semakin minimnya aktifitas dan gerak tubuh serta konsumsi
makanan cepat saji yang umumnya tinggi kadar gula atau lemaknya. Hal tersebut
berdampak pada perubahan pola epidemiologi penyakit dari penyakit infeksi
menjadi epidemi penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, kanker, dan
beberapa penyakit akibat gangguan pembuluh darah. Penyakit hipertensi, stroke
atau bahkan serangan jantung yang mematikan dapat disebabkan oleh gangguan pada
sistim pembuluh darah yang dipicu oleh tingginya kadar lemak dalam darah yang
mengarah pada terbentuknya atherosklerosis.
Aterosklerosis
adalah suatu kondisi berupa penggumpalan lemak (lipid) pada dinding arteri. Gumpalam lemak tersebut lama kelamaan akan mengental, mengeras atau membentuk deposit kalsium dan akhirnya mempersempit saluran arteri sehingga
mengurangi suplai oksigen maupun darah ke sel-sel dan jaringan tubuh. Kondisi ini disebut sebagai ischemia. Timbunan lemak yang mengeras di dinding arteri ini disebut plak. Bila plak menutupi saluran
arteri sepenuhnya, jaringan yang disuplai oleh arteri akan mati. Bila arteri
jantung (arteri koroner) yang tersumbat, akibatnya adalah serangan jantung, gagal jantung kongestif, atau irama jantung abnormal. Bila arteri otak
(arteri serebral) yang tersumbat maka akibatnya adalah stroke, baik stroke ringan
ataupun stroke berat.
Komplikasi
aterosklerosis terjadi bila sebuah plak pecah dan bermigrasi melalui arteri ke
bagian lain. Plak yang beredar ini disebut emboli, yang terdiri dari lemak tapi juga
sel-sel mati, gumpalan darah dan jaringan fibrosa. Tumpukan
emboli di tempat tertentu juga dapat menyebabkan
kerusakan jaringan karena menghalangi aliran darah sehingga jaringan akan mati.
Aterosklerosis dapat terjadi karena berbagai faktor yang melibatkan
berbagai reaksi inflamasi kronis. Secara molekuler, aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskuler disebabkan karena naiknya kadar lemak dan glukosa dalam darah.
Namun demikian beberapa faktor non molekuler seperti hipertensi, penuaan atau
merokok dapat menjadi penyebab utama aterosklerosis. Dari beberapa penelitian
menyebutkan adanya faktor-faktor lain penyebab aterosklerosis seperti sitokin
inflamasi, faktor tumbuh (growth factor) dan signal apoptosis (Mannarino dan
Pirro, 2008).
Mahmoudi et al (2006) menyebutkan
bahwa timbunan plak pada atherosclerosis merupakan akumulasi dari vascular smooth muscle cells (VSMCs) dan
sel-sel inflamasi, bersama dengan lipid dan protein matriks ekstraseluler.
Disini juga terjadi kalsifikasi. Meskipun plak yang kronis tersebut merupakan
akibat reaksi inflamasi, tetapi ternyata berkaitan pula dengan terjadinya
kerusakan DNA pada sel-sel yang telah mengalami lesi (luka) di sekitar plak.
Menurut Mannarino dan Pirro (2008), atherosclerosis diawali dengan
akumulasi sejumlah senyawa lemak lipoprotein dalam endothelium yang memacu
reaksi inflamasi. Reaksi ini diawali dengan berkumpulnya leukosit dan produksi
faktor tumbuh yang memacu proliferasi sel. Tingginya kadar lemak berdensitas
rendah atau Low-density-lipoprotein
(LDL) dan kilomikron yang kaya akan trigliserida merupakan pemicu terjadinya
dislipidemia yang mengarah pada aterosclerosis. Pada kasus ini, LDL atau
trigliserid dapat menembus dinding pembuluh darah yang memicu terjadinya
perubahan struktur kimia LDL atau TG akibat reaksi oksidasi. Lipoprotein yang
termodifikasi strukturnya tersebut akan memicu terjadi reaksi inflamasi pada
dinding pembuluh darah.
Terakumulasinya lemak pada dinding pembuluh darah merupakan awal terjadinya
inflamasi. Proses inilah yang mengawali terjadinya disfungsi endothelium.
Kerusakan pada dinding pembuluh darah di titik tertentu akan menimbulkan
berakumulasinya leukosit karena adanya suatu reaksi adhesi (gaya tarik antara
sel-sel leukosit dengan sel dinding pembuluh darah). Sekali sel darah putih
(leukosit) melekat maka akan diproduksi khemokine pada intima kemudian akan
bermigrasi ke sub-endotelium. Monosit yang memasuki intima berdiferensiasi
menjadi makrofag yang mengkespresikan reseptor, selanjutnya menginduksi terbentuknya
fragmen sel apoptosis dan akhirnya mengoksidasi LDL yang masuk. Aktifasi
makrofag akan berlanjut pada terbentuknya sitokin,
protease dan molekul radikal sitotoksik.
Limfosit T selanjutnya memasuki bagian lesi atherosclerosis. Limfosit T berdierensiasi menjadi sel T helper dan memulai produksi interferon-gamma, yang meningkatkan
presentasi antigen oleh makrofag dan menstimulasi pembentukan sitoin lain
seperti TNF dan IL-1. Reaksi inflamasi tersebut terus berlanjut.
Pada tahap awal proses aterosklerosis, pada dinding pembuluh darah akan
terbentuk Reactive Oxygen Spesies
(ROS). Beberapa penelitian menunjukkan penyebab atherosclerosis tingkat lanjut
adalah sebagai akibat meningkatnya konsentrasi Reactive Oxygen Species (ROS) beberapa saat setelah terjadinya lesi
dinding pembuluh darah. ROS dapat terbentuk dari reaksi metabolisme tidak
sempurna akibat adanya kerusakan pada DNA mitokondria atau hasil oksidasi
lipoprotein itu sendiri. Perubahan genetik pada DNA akan memicu terjadinya
penuaan sel dan kematian sel pada pembuluh kapiler darah yang akan menyebabkan
perubahan struktur sel-sel otot polos pembuluh darah.
Penanggulangan Aterosklerosis
Aterosklerosis terutama berkaitan
dengan diet yang terlalu banyak mengandung kolesterol. Kolesterol
adalah jenis lemak yang sangat penting untuk tubuh kita. Sebagian kolesterol
diproduksi oleh tubuh (terutama di hati), sedangkan sebagian lainnya didapatkan
dari makanan. Jumlah kolesterol dalam darah tidak boleh melebihi 200 mg per 100
ml darah, walaupun mungkin ada sedikit perbedaan untuk nilai tersebut menurut
usia, jenis kelamin dan ras. Kita tahu bahwa ada dua jenis kolesterol: HDL yang
baik berperan melindungi terhadap aterosklerosis dengan menghapus LDL yang
buruk dari dinding arteri. HDL bertindak seperti “pemulung” yang memunguti
sampah-sampah LDL di sepanjang dinding arteri.
Untuk mengontrol
jumlah kolesterol dapat dilakukan dengan tes
darah. Pemeriksaan kolesterol secara rutin perlu dilakukan bila:
- Usia di atas 55 tahun
- Memiliki LDL dan trigliserida tinggi, HDL rendah.
- Memiliki nodul kecil lemak pada kelopak mata atau di sepanjang tendon Achilles (xanthelasma).
- Memiliki orang tua dan kerabat dekat yang mengidap penyakit jantung koroner atau stroke pada usia relatif muda.
- Menderita tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas.
Aterosklerosis dapat mulai berkembang sangat awal,
ketika Anda masih muda, tetapi hampir selalu tanpa gejala. Bila timbul penyakit
seperti angina atau stroke maka biasanya sudah pada stadium lanjut.
Pencegahan
yang dapat dilakukan diantaranya:
- Pola diet yang seimbang, kurangi lemak jenuh hewani, goreng- gorengan, makanan cepat saji dan makanan olahan yang mengandung lemak trans.
- Makan makanan yang dapat menurunkan kolesterol.
- Rajin berolahraga. Latihan fisik meningkatkan sirkulasi dan sangat baik untuk paru-paru, jantung, dan otot.
- Kelola stres. Gaya hidup stres tinggi meningkatkan tekanan darah dan memacu kerja jantung dan arteri.
- Berhenti merokok.
- Jaga tekanan darah, gula darah, dan berat badan pada tingkat normal.
Bennet, MR., 2001. Reactive Oxygen
Spesies and Death: Oxidative DNA Damage in Atheroschlerosis. Circulation
Research, American Heart Association Inc. available at http://crcres.ahajournals.org
Gorenne, I., M.Kavurma, S. Schott and M. Bennet. 2006. Vascular Smooth Muscle Cell Senescence in Atherosclerosis. Cardiovascular
Research 72: 9-17 (www.elsevier.com)
Mahmoudi, M., J.Mercer and M. Bennet. 2006. DNA Damage and Repair in Atheroschlerosis. Oxford Journal Medicine
Cardiovascular Research Vol. 71, Issue 2, pp:259-268 (http://cardiovascres.oxfordjournals.org/)
Mannarino, E, and M. Pirro. 2008. Molecular
Biology of Atherosclerosis. Clinical Case in Mineral and Bone Metabolism;
5(1) : 57-62 (http:/www.ncbi.nlm.nih.gov)
0 komentar:
Posting Komentar